Ketika berlibur ke Kota Benngkulu, kami meluangkan waktu untuk mengajar murid tuna-runggu dan anak tuna-grahita tanpa di bayar karena merasa peduli terhadap mereka dan tidak cukup guru di sekolah itu sehingga mereka hanya bisa belajar baca sebulan sekali. Maka kami berinisiatif mengajar mereka. Dengan mengajar mereka, kami bisa menarik ilmu dan cara mengajar anak SLB. Kami juga merasa peduli terhadap mereka.
Setelah mengajar mereka, kita mendapat pengetahuan bahwa anak tuna-runggu atau tuli tidak boleh di anggap rendah. Banyak orang mengangap rendah orang orang ini. Mereka berangapan bahwa orang orang tuna runggu ini tidak mengerti apa-apa padahal mereka bahkan bisa lebih konsentrasi daripada orang normal dikarenakan di terganggu oleh suara di sekitar nya. Kita harus memperlakukan mereka sama seperti kita memperlakukan orang normal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar